Thursday, July 11, 2013

Nyamuk, Hujan, dan Ayam Bakar

Malam itu aku dan tiga orang geng Rancadaka berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat terawih pertama di tempat KKN. Masjid itu bernama masjid Al Hikmah sebagai masjid terbesar di desa ini. Kami mencoba berbaur dengan ibu-ibu disana yang usianya tak jauh beda dengan  nenekku. Sambutan mereka begitu hangat dengan kami sebagai orang baru disini. Salah seorang dari mereka menawarkan lotion anti nyamuk *aduh kami lupa membawanya* karena memang disini sang nyamuk sering ditemukan baik siang maupun malam dengan gigitan yang ga tanggung-tanggung, bahkan mereka (nyamuk) menggigit kulit kami secara berjamaah alias bersamaan di tempat yang sama, ckckck -_-
Saat shalat, ternyata benar, nyamuk berkeliaran di depan mukaku (orang lain pun sama) karena mungkin muka lah satu-satunya kulit tanpa pelindung mukena. Huftt menjaddi sedikit mengganggu konsentrasi -_-
Shalat isya selesai, keringat mulai bercucuran. Panas, padahal saat itu kami shalat di teras masjid. Ya, begitulah udara disini karena memang di dataran rendah yang dekat pantai. Seperti di masjid yang lainnya, di masjid ini pun terdapat taushiyah saat jeda antara shalat isya dan shalat terawih. Taushiyah ini cukup sebentar, hanya sekitar tujuh menit sehingga sering disebut kultum (kuliah tujuh menit). Meskipun hanya tujuh menit, namun sebagian besar pesan yang disampaikan begitu bermakna jika kita benar-benar memperhatikannya. Untungnya taushiyah yang disampaikan menggunakan bahasa Indonesia yang dapat kami mengerti, bukan bahasa yang sering warga disini gunakan, bahasa Jawa.
Saat shalat terawih, hujan turun sangat deras yang membuat udara cukup segar. Alhamdulillah.. dalam hati aku berharap semoga setelah selesai shalat terawih hujan reda karena tak ada satu pun dari kami yang membawa payung. Namun harapan memang terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Selesai shalat terawih, hujan semakin besar yang diiringi petir yang sangat besar juga bahkan beberapa kali listrik sempat padam. Astagfirullah… (alluhumma laa taqtulna dighodhobika wa la tuhlikna bi’adzabika wa’afina qobla dzalik)lindungi kami, Yaa Allah.
Setelah menunggu sekitar 45 menit, hujan mulai mengecil. Teman kami yang ada di rumah menjemput kami dengan membawa tiga payung, Alhamdulillah geng kami memang pada solid ;) di jalan menuju rumah, ada genangan air yang cukup dalam karena hujan desar dan memang jalannya rusak parah sekitar 3 meter, mau ga mau kami harus melewatinya, tak ada jalan lain selain genangan air tersebut. Kami pun melewatinya yang ternyata cukup dalam, kakiku terendam sampai mata kaki. Masya Allah..
Sekitar pukul 21.30 kami sampai di rumah yang disambut dengan ayam bakar… nyam nyam nyam..selamat makan malam :D Alhamdulillah :)

Ini cerita terawih pertamaku, apa ceritamu? :D