Malam itu aku dan tiga orang geng
Rancadaka berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat terawih pertama di
tempat KKN. Masjid itu bernama masjid Al Hikmah sebagai masjid terbesar di desa
ini. Kami mencoba berbaur dengan ibu-ibu disana yang usianya tak jauh beda
dengan nenekku. Sambutan mereka begitu
hangat dengan kami sebagai orang baru disini. Salah seorang dari mereka
menawarkan lotion anti nyamuk *aduh kami lupa membawanya* karena memang disini
sang nyamuk sering ditemukan baik siang maupun malam dengan gigitan yang ga
tanggung-tanggung, bahkan mereka (nyamuk) menggigit kulit kami secara berjamaah
alias bersamaan di tempat yang sama, ckckck -_-
Saat shalat, ternyata benar,
nyamuk berkeliaran di depan mukaku (orang lain pun sama) karena mungkin muka
lah satu-satunya kulit tanpa pelindung mukena. Huftt menjaddi sedikit
mengganggu konsentrasi -_-
Shalat isya selesai, keringat
mulai bercucuran. Panas, padahal saat itu kami shalat di teras masjid. Ya,
begitulah udara disini karena memang di dataran rendah yang dekat pantai. Seperti
di masjid yang lainnya, di masjid ini pun terdapat taushiyah saat jeda antara
shalat isya dan shalat terawih. Taushiyah ini cukup sebentar, hanya sekitar
tujuh menit sehingga sering disebut kultum (kuliah tujuh menit). Meskipun hanya
tujuh menit, namun sebagian besar pesan yang disampaikan begitu bermakna jika
kita benar-benar memperhatikannya. Untungnya taushiyah yang disampaikan
menggunakan bahasa Indonesia yang dapat kami mengerti, bukan bahasa yang sering
warga disini gunakan, bahasa Jawa.
Saat shalat terawih, hujan turun
sangat deras yang membuat udara cukup segar. Alhamdulillah.. dalam hati aku
berharap semoga setelah selesai shalat terawih hujan reda karena tak ada satu
pun dari kami yang membawa payung. Namun harapan memang terkadang tidak sesuai
dengan kenyataan. Selesai shalat terawih, hujan semakin besar yang diiringi
petir yang sangat besar juga bahkan beberapa kali listrik sempat padam.
Astagfirullah… (alluhumma laa taqtulna dighodhobika wa la tuhlikna bi’adzabika
wa’afina qobla dzalik)lindungi kami, Yaa Allah.
Setelah menunggu sekitar 45
menit, hujan mulai mengecil. Teman kami yang ada di rumah menjemput kami dengan
membawa tiga payung, Alhamdulillah geng kami memang pada solid ;) di jalan
menuju rumah, ada genangan air yang cukup dalam karena hujan desar dan memang
jalannya rusak parah sekitar 3 meter, mau ga mau kami harus melewatinya, tak
ada jalan lain selain genangan air tersebut. Kami pun melewatinya yang ternyata
cukup dalam, kakiku terendam sampai mata kaki. Masya Allah..
Sekitar pukul 21.30 kami sampai
di rumah yang disambut dengan ayam bakar… nyam nyam nyam..selamat makan malam
:D Alhamdulillah :)
Ini cerita terawih pertamaku, apa
ceritamu? :D