Sunday, August 19, 2012

Antara Bis dan Strawberry


by : google.com
    
   Saat naik bis, aku disambut segerombolan pedagang dengan berbagai macam dagangannya dan mempersilahkan untuk memilih tempat duduk. Hal ini dilakukan kepada hampir semua penumpang. Untungnya bis yang ku naiki saat itu belum terlalu penuh sehingga aku dapat ,encari kursi yang masih kosong dan kra-kira nyaman. Tak lama mencarinya, ku putuskan untuk duduk di kursi urutan ke enam sebelah kiri dekat jendela dan ketika itu juga ada seorang pedagang strawberry yang menawarkan dagangannya kepadaku. Rencanaku, aku ga akan beli apa pun selama di perjalanan selain Koran untuk mengisi waktuku selama di bis. Tapi setelah ku perhatikan penjelasan dari pedagangnya ditambah ku lihat cantiknya warna, bentuk, dan wangi buah strawberry itu, aku pun tergoda untuk membelinya. (hahaha ga bisa nahan kalo udah kayak gini,wkwk :D).
     Setelah itu, pedagang lain bermunculan silih berganti menawarkan barang dagangannya. Beberapa menit kemudian, ada pedagang strawberry lagi dengan orang yang berbeda yang sepertinya kurang suka melihatku membeli strawberry dari pedagang sebelumnya sambil menggerutu. Entah apa perkataannya, aku lupa. Yang jelas, Sang Pedagang menunjuk-nunjuk strawberry yang ada di sampingku. Sadar dengan hal itu, ku masukkan strawberrynya ke dalam tas. Pedagang itu pun mendekatiku dan memaksaku untuk membelinya sampai menawarkan harga palng rendah yang pernah ku dengar untuk strawberry sebanyak itu.  Bahkan entah karena apa pedagang itu sampai bilang “ya udh, buat neng aja strawberry nya” sambil berjalan ke arah belakang meninggalkanku. HAH, APA MAKSUDNYA INI?? Aku semakin tak mengerti maksud pedagang tersebut. Ku siapkan segera uang dengan nominal harga terakhir yang ia tawarkan. Samar-samar ku dengar ia menawarkan dagangannya ke penumpang lain dengan harga asli dan membelinya. Berharap pedagang tersebut kembali untuk menghilangkan rasa gelisahku dengan memberi kepastian yang jelas. Saat kembali melewati kursi, ku berikan uang tadi kepadanya lalu di bilang “berapa ini” “sekin sekian *sensor* kan tadi katanya segitu”. Ia kebingungan. Ku bilang “ya udah kalo ga mau kembaliin aja uangnya”. Alhasil, uangnya dikembalikan.
   Aku masih tak mengerti. Tapi ya sudahlah, ambil hikmahnya saja. Mungkin saat itu aku ini kurang tegas, hmm.. -_-

No comments:

Post a Comment