Sebagai siswa kelas 3 SMA yang sibuk mencari informasi perguruan tinggi yang diinginkan, aku tak jarang menemui guru BK di sekolah selain mencari sendiri lewat internet. Perguruan tinggi yang ku inginkan adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan pendidikan fisika karena aku suka pelajaran fisika yang menurutku cukup menantang dan cita-citaku ingin menajdi seorang pendidik. Dari jalur pertama, PMDK UPI saat itu aku ikuti. Aku siapkan semua persyaratan, aku kumpulkan kepada pihak sekolah yang selanjutnya akan dikirim samapi tujuan.
Satu bulan kemudian pengumuman PMDK tiba. Hasilnya tak ada namaku tercantum disana. Melihat beribu-ribu pendaftar, aku sadar kalau nilaiku pas-pasan. Namun tak cukup sampai disana. Aku iseng mencoba daftar ke UMY dengan mengambil jurusan farmasi melalui jalur PMDK juga tanpa sepengetahuan kedua orang tuaku namun ternyata aku lolos. Selain itu juga aku mencoba ikut tes beasiswa Depag (departemen agama) untuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia dengan pilihanku tetap UPI dan tak lolos juga.
Jalur kedua setelah PMDK yaitu Ujian Masuk (UM) UPI. Aku pergi ke Bandung bersama kedua orang tuaku yang sangat mendukungku kuliah disana untuk melakukan pendaftaran sampai orang tuaku meninggalkan pekerjaannya dan adikku yang saat itu masih berumur dua tahun. Hari-hari sebelum tes UM UPI, aku disibukkan dengan persiapan amaliyah tadris sebagai salah satu syarat lulus di sekolahku sehingga aku kurang persiapan untuk tes UM tersebut. Namun saat tes itu telah ku lalui, dengan banyaknya dukungan dari orang-orang di sekitarku aku sangat yakin dengan jawaban-jawabanku dan yakin akan lolos pada jalur ini.
Suatu pagi, temanku memberitahuku bahwa pengumuman UM telah dibuka. Jantungku berdetak sangat kencang seperti telah melakukan olahraga. Aku berlari menuju komputer dan mencari namaku. Hasilnya tak ada namaku juga disana. Aku masih tak percaya dan terus mencari namaku sampai mengulang puluhan kali. Aku putus asa, hari itu tak ada sedikit pun semangat. Mataku bengkak karena air mata yang tak bisa aku tahan, aku sangat kecewa melihat pengumuman UM, terlebih melihat kegembiraan teman-temanku yang lolos.
Deretan ujian syarat lulus di sekolahku telah ku lewati sampai perpisahan sekolah namun aku masih belum dapat kepastian untuk kuliah dimana. Aku memang punya pegangan di UMY meskipun tak ada niat dari awal. Jalur terakhir masuk UPI, SNMPTN aku ikuti tanpa rasa optimis seperti waktu mengkuti UM karena tidak mau kecewa saat mengetahui kalau aku tak lolos lagi. Pilihan pertama tetap pendidikan fisika, kedua pendidikan bahasa Inggris, dan ketiga Pendidikan Kewarganegaraan. Lagi-lagi dengan dukungan dari orang tuaku dan orang-orang di sekitarku.
Entah kenapa saat tes SNMPTN itu berlangsung, aku lebih banyak mengisi soal-soal IPS padahal aku jurusan IPA saat aku SMA dan sebelum itu aku latihan soal-soal IPA saja, bukan IPS. Tapi mungkin itu perasaanku saja. Karena harapan itu tak terlalu ku yakini, aku manfaatkan kelulusanku ke UMY. Dua kali aku pergi ke Yogyakarta bersama kedua orang tuaku dengan mengendarai bis dari Tasik ke Yogyakarta yang perjalanannya mencapai delapan jam. Pertama untuk tes kesehatan dan kedua untuk daftar ulang. Aku sudah mempunyai KTM, jaster, sampai asrama untuk aku tinggal selayaknya orang yang benar-benar akan kuliah disana.
Pengumuman SNMPTN pun dibuka, aku langsung mengeceknya di internet bersama kedua orang tuaku. Ayahku yang mengetik nomor ujian SNMPTN-ku di komputer, aku yang menyebutkan, dan ibuku yang ikut memperhatikan layar komputer. Dengan mengklik tombol enter, namaku muncul dengan jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Alhamdulillah...inilah jawaban doaku dan orang tuaku selama ini. Meskipun bukan pilihan pertamaku, aku yakin inilah yang terbaik yang Allah berikan untukku dan mungkin inilah kemampuanku. Saat itu juga aku putuskan untuk melanjutkan pendidikanku di UPI :)
So, tetap semangat kuliahnya..jangan malas-malasan :)
No comments:
Post a Comment